Jumat, 14 Oktober 2016

8 Panduan Lengkap Cara Budidaya Jambu Monyet (Mete) Berekonomi Tinggi

Jambu monyet atau jambu mede (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki “buah” yang dapat dimakan. Yang lebih terkenal dari jambu mede adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente. Untuk saat ini budidaya tanaman ini sudah muali langka, Jadi Prospek peluang bisnis budidaya tanaman ini masih sangat terbuka lebar. Karena tanaman ini tinggi akan nialai ekonominya.

http://www.ruangtani.com/8-panduan-lengkap-cara-budidaya-jambu-monyet-mete-berekonomi-tinggi/


Syarat Tumbuh

Temperatur

  • Tanaman mete dapat hidup dan tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete adalah antara 17oC-37oC.

Curah hujan

  • Iklim subtropis dan kering cocok untuk tanaman mete. Dalam iklim kering dengan angka antara 4-6 bulan dengan curah hujan 1500-2000 mm / tahun yang paling cocok untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil (buah).

Kelembapan udara

  • Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah berkisar 70% – 80%. Namun, tanaman jambu mete masih cukup toleran pada tingkat kelembapan udara antara 60% – 70%.

Persiapan Pembibitan

Persiapan pembibitan perlu dilakukan adalah hasil dari perendaman bibit, media polybag diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang 1:1, naungan pembibitan dan peralatan penyiraman.
Tanah dan pupuk kandang yang digunakan adalah yang bebas hama penyakit seperti tanah asal kolam, sungai, sawah atau tanah kebun bukaan baru, dan pupuk kandang tua yang steril. Jangan menggunakan tanah bekas bibit tanaman yang lain atau bibit jambu mete.
Sebab penyakit layu atau busuk akar yang disebabkan jamur Fusarium sp. mematikan bibit di pesemaian dan pertanaman muda di kebun. Oleh karena itu sebelum benih ditanam ke dalam tanah atau polibag, sebaiknya tanahnya disemprot terlebih dahulu dengan fungisida (Dithane M. 45).

Cara Pembibitan

Kegiatan pembibitan dilaksanakan tergantung pemilihan model penanaman jambu mete di kebun. Penanaman jambu mete dapat dilakukan dengan 3 cara yakni :
  • Menanam benih langsung di kebun, cara ini dikenal dengan istilah “tabela”. Benih hasil rendaman dimasukkan ke dalam lubang tanam hasil penugalan dengan mata tunas (sutura) menghadap ke bawah kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 0,50 – 1 cm.
  • Benih dibibitkan dahulu dalam polibag hitam, setelah bibit berumur 2,50 – 3 bulan kemudian ditanam di kebun.
  • Bibit dalam polibag umur 2,50 – 3 bulan disambung pucuk (grafting) terlebih dahulu. Bibit grafting, yang tumbuh baik berumur 10 -12 bulan setelah grafting ditanam.

Cara Pertama

Oleh petani dengan biaya sendiri, karena cara ini : mudah, dibawa ke kebun tanpa biaya transportasi, tanpa biaya pembibitan. Sambil menanam padi gogo atau palawija benih jambu mete dimasukkan ke dalam lubang tugalan. Kemudian dibiarkan tumbuh, mempertahankan bentuk penyianagn, dilakukan bersamaan dengan penyiangan tanaman. Metode ini menunjukkan tanaman mete tumbuh lebih cepat dan menghasilkan buah.
Pertumbuhan kanopi lebih lebar dan lebih tinggi, produksi buah relatif lebih tinggi. Berproduksinyapun relatif lebih lama umur tanaman. Ini mungkin akar bibit lebih cepat jatuh ke dalam tanah, benih tidak mengalami stres/stagnasi di taman, seperti bibit baru ditanam dalam polybag.

Cara Kedua

Banyak digunakan pada pengadaan bibit proyek pemerintah. Karena mudah diawasi, kondisi fisik bibit sebelum ditanam terukur, dalam bentuk bibit bersertifikat. Bedanya dengan cara no.1, perlu tambahan biaya pembibitan sampai umur 2,5 – 3 bulan dan biaya transport bibit.

Cara Ketiga

Penggunaan bibit grafting masih terbatas sebagai bahan tanaman pada pembangunan. Kebun Induk. Karena pada saat bibit berumur 2,5 – 3 bulan dilakukan penyambungan, tiga bulan kemudian dievaluasi keberhasilan grafting, selanjutnya 4 – 6 bulan kemudian bibit diseleksi untuk ditanam.
Proses pembibitannya paling lama, dan paling mahal dibanding ke-2 cara lainnya. Kondisi akar sudah panjang, banyak yang luka pada saat pemindahan dan pengangkutan ke kebun. Umur mulai berbuah lebih dalam.
Di antaranya bibit yang baru ditanam akan mengalami stres dalam beberapa saat. Pertumbuhan cabang lebih aktif pada ruas entres, sehingga cepat rimbun membentuk setengah bola. Penampilan mahkota pohon (kanopi) relatif lebih pendek dan cabangnyapun lebih pendek.
Akibatnya produksinyapun relatif lebih rendah dari kedua cara lainnya. Umur berproduksipun relatif lebih pendek. Kelebihannya cara ke-3. dapat menghasilkan gelondong yang seragam.

Pengelolaan Lahan dan Penanaman

Setelah kawasan pengembangan terpilih selanjutnya dilakukan pembukaan lahan. Persyaratan pembukaan lahan Pengolahan lahan dilakukan setelah penebasan alang-alang dan atau penebangan belukar. Lahan dibersihkan dan dibajak atau dicangkul bersih, diratakan.
Pembakaran belukar dalam pembukaan lahan sangat dilarang dan dikenakan sanksi pidana. Selanjutnya lakukan pengajiran dengan bentuk segitiga sama sisi model sarang lebah atau bujur sangkar. Jarak tanam yang digunakan 10 x 10 x 10 m. Penggalian lubang tanaman. diletakan pada setiap ajir.
Posisi ajir ditengah-tengah lubang tanam. Buatlah lubang tanam dengan ukuran antara panjang dan lebar 40 – 60 cm dengan kedalaman 60 cm; yakni 40x40x60 cm; atau 50x50x60 cm atau 60x60x60 cm. Lubang tanam dibiarkan ter- buka selama 7 hari setelah penggalian lubang tanam.
Lubang tanam diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang yang telah lapuk dengan ukuran 1:1 atau 2:1 (2 bagian tanah dan 1 bagian pupuk kandang) sampai melebihi permukaan tanah. Selanjutnya penanaman bibit jambu mete.

Pupuk Organik

Sumber-sumber bahan organik tersedia dan mudah diperoleh di daerah sekitar adalah kompos atau pupuk kandang. Pemakaian mulsa di sekeliling pohon mete juga dianjurkan namun harus ditimbun tanah agar tidak mudah terbakar, terutama pada musim kemarau. Pemakaian mulsa selain dapat menekan evapotranspirasi berlebih, juga hasil pelapukannya menjadi sumber BO tanah.
Sumber lain adalah pupuk kandang, yang pemanfaatannya dianggap belum optimal. Nusa Tenggara, yang dikenal sebagai sentra produksi ternak penting Indonesia, merupakan sumberdaya yang belum diberdayakan secara optimal.
Di Lombok Barat (NTB) misalnya, sistem pengandangan ternak secara berkelompok telah bergulir dan berhasil (BPTP, 2003). Pada  malam hari sapi dikandangkan secara bersama, dan kotoran yang terkumpul diolah menjadi pupuk kandang, dan mempunyai nilai jual.
Dengan demikian, pupuk organik yang dihasilkan selain untuk kebutuhan sendiri juga dapat dijual, sehingga mereka mendapat pendapatan tambahan. Manfaat pupuk organik bagi tanaman terutama pada kemampuannya memperbaiki sifat-sifat fisik dan biologis tanah.
Karena jenis pupuk organik umumnya mempunyai kandungan hara rendah, maka dalam penerapannya harus dibarengi dengan penambahan pupuk kimia (inorganik), dimana jumlah dan jenisnya disesuaikan menurut kebutuhan tanaman.

Pemangkasan

Dilakukan sejak tanaman berumur 1-2 tahun di lapangan, dengan ketinggian tanaman tanpa cabang setinggi 1,50 – 2 m di atas permukaan tanah. Pemangkasan bentuk dengan membuang cabang, sedangkan pemangkasan pemeliharaan dengan membuang cabang dan ranting ekstensif, agar cabang tidak menyentuh tanah dan cabang ekstensif tidak menghasilkan buah.
Cabang-cabang terbawah setinggi 60 -100 cm sebaiknya dipotong atau dipangkas untuk lebih memudahkan aktivitas lapangan seperti pemupukan, sanitasi kebun, pemberantasan hama-penyakit, dan pengumpulan hasil panen. Demikian pula, cabang atau ranting tidak produktif yang tumbuh pada bagian dalam tajuk seperti tunas air dan cabang ekstensif supaya dibuang.

Penyiangan dan Pemupukan

Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan ditentukan oleh kondisi kotor tidaknya kebun. Penyiangan terbagi atas penyiangan kebun dan piringan di sekitar pohon. Kebersihan di sekitar kebun ditentukan keadaan jenis tanaman pengganggu, sehingga tidak perlu dilakukan dean weeding, sedangkan piringan biasanya selalu bersih dari rerumputan.
Pada kondisi kebun bersih selanjutnya dilakukan pemupukan. Pemupukan jambu mete disesuaikan dengan umur tanaman (Tabel 10.). Disamping pupuk kandang 15 – 25 kg/lubang sebagai pupuk dasar, diberikan pada awal sebelum tanam dan selanjutnya tiap 1-2 tahun sekali. Pupuk NPK anorganik yang diberikan adalah Urea TSP atau SP-36 dan KCl dengan dosis sesuai dengan umur tanaman sebagai berikut :
  • Pemupukan NPK dengan dosis 1:1:2 diberikan 2 kali awal musim hujan dan akhir musim hujan.
  • Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada saat awal dan akhir musim hujan.
  • Pupuk diberikan melingkar mengelilingi pangkal batang tanaman.
  • Alasan : Pertumbuhan jambu mete relatif lambat di masa muda dan cepat setelah berbuah.
Pada umur < 3 tahun :
  • Pupuk diberikan 50% pada awal dan 50% pada akhir musim penghujan, pada batas tajuk tanaman secara ditugal atau dengan membuat parit dangkal (15 cm) sekeliling batas tajuk.
Pada umur > 3 tahun :
Pupuk diberikan 70% pada akhir musim penghujan dan 30% diberikan dua bulan berikutnya. Pupuk secara ditugal di dalam tanah atau sedalam 20 cm diberikan pada batas batas tajuk namun diberi mulsa serasah/daun-daunan.
  • Pupuk kandang, dan pemanfaatan serasah sangat dianjurkan, oleh karena itu program pelatihan pembuatan kompos perlu digalakkan
  • Pestisida nabati, demikian pula pemanfaatan pestisida dari bahan tanaman atau jazad renik banyak dimanfaatkan
  • Pembentukan mahkota pohon, dilakukan sejak tanaman masih muda dengan membuang cabang ektensif yang tidak menghasilkan buah
  • Pemangkasan/penjarangan, membentuk pohon terbuka dari berbagai naungan. Karena jambu mete bersifat berbunga terminal, pembuahan terbentuk pada tunas- tunas yang terkena sinar matahari
  • Pembuatan rorak, rorak berperan untuk pembentukan kompos alami, hasil pengumpulan serasah daun, tempat pemupukan dan penampung air hujan.

Penjarangan

Selama 2 – 3 tahun pertama (tergantung jarak tanam) petani biasanya mengusahakan tanaman sela (padi gogo, kacang, jagung dll.) di antara tanaman mete. Setelah periode tersebut, tajuk tanaman mete mulai bersinggungan (overlap) dan tanaman sela tidak bisa ditanam lagi karena intensitas cahaya matahari mulai berkurang. Dengan jarak tanam 6 x 6 m, lebar tajuk tanaman mete sudah lebih dari 6 m pada umur 6 – 7 tahun (Daras dan Pitono, 2006).
Oleh sebab itu, tanaman mete harus diperjarang (populasi dikurangi) secara bertahap agar produksi per pohon tidak menurun. Hanya saja, teknologi penjarangan ini belum dapat diterima petani sepenuhnya, karena mereka khawatir kehilangan hasil.

Tumpangsari dan Serangga Penyerbuk

Lahan di antara pohon jambu mete disarankan ditanami dengan palawija seperti kacang tanah, kacang-kacangan lainnya, mentimun, labu-labuan, padi gogo, jagung atau tanaman penutup tanah dengan jarak 0,50 m dari pohon jambu mete harus bebas  dari tanaman lainnya. Jangan menanami ubi kayu dan tanaman rakus sejenisnya. Pemeliharan piringan dilakukan sesuai kebutuhan.
Kehadiran serangga penyerbuk secara signifikan mening- katkan pembuahan. Kehadiran serangga penyerbuk lebih banyak pada pertanaman jambu mete di sekitar perkampungan dan pertanaman lain yang berbunga. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan :
  • Peternakan lebah (lebah madu)
  • Penanaman tumpangsari dengan tanaman kacang-kacangan, kacang tanah, kacang panjang, padi gogo, jagung, ubi jalar, tanaman penutup tanah/pupuk hijau berbunga dll.

Hama dan Penyakit

Untuk jenis hama dan/penyakit tanaman mete tertentu yang intensitas serangannya terjadi pada musim kemarau, maka teknologi penanggulangan yang dihasilkan sebaiknya ke arah seminimal mungkin menggunakan air, karena pada musim kemarau petanipun membutuhkan air banyak untuk kehidupan. Pemberantasam hama dan penyakit tanaman disesuaikan dengan hama dan penyakit yang ada di pertanaman.
Untuk penangulangan penyakit dianjurkan menggunakan Bubur Bordaux, Dithane M. 45 dll, sedangkan untuk hama dianjurkan menggunakan Decis atau pestisida nabati. Keadaan naunganpun perlu diperhatikan sebab pada kondisi pohon yang ternaungi perlu dibuka dengan memangkas pohon naungannya.

Panen

Jambu mete panen umumnya dilakukan dengan memilih buah yang telah masak dipohon atau memungut buah yang telah jatuh di tanah tetapi sudah matang. Memilih buah mete ini tidak bisa dilakukan sekaligus karena buah mete tidak matang pada saat yang sama, picking dapat dilakukan setiap 3-5 selama 2-3 bulan.
Tergantung dalam banyak buah-buaha, yang memiliki kira-kira satu derajat kematangan yang optimal ditandai dengan penampilan fisik semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah jelas jika dipijat sudah terasa agak lembut, dan buah telah berusia 60-70 hari.

Sumber : perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Dikutip dari : http://www.ruangtani.com/8-panduan-lengkap-cara-budidaya-jambu-monyet-mete-berekonomi-tinggi/ (diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 15.53 WIB)

Avin Larasati (15/383544/PN/14375)

1 komentar:

  1. Nama : vaya noorrachmi s
    NIM. : 15/385751/PN/14446
    Gol/kel: B1/6
    .
    Nilai berita dari artikel tersebut adalah importance, karena mengandung informasi tentang cara budidaya tanaman jambu mete yg diperlukan oleh petani/ pembudidaya jambu mete tersebut

    BalasHapus