Jambu monyet atau jambu mede (Anacardium
occidentale) adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari
Brasil dan memiliki “buah” yang dapat dimakan. Yang lebih terkenal dari jambu
mede adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente. Untuk saat ini budidaya
tanaman ini sudah muali langka, Jadi Prospek peluang bisnis budidaya tanaman
ini masih sangat terbuka lebar. Karena tanaman ini tinggi akan nialai
ekonominya.
http://www.ruangtani.com/8-panduan-lengkap-cara-budidaya-jambu-monyet-mete-berekonomi-tinggi/
Syarat Tumbuh
Temperatur
- Tanaman mete dapat hidup dan tumbuh di dataran
rendah atau dataran tinggi. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
jambu mete adalah antara 17oC-37oC.
Curah hujan
- Iklim subtropis dan kering cocok untuk tanaman
mete. Dalam iklim kering dengan angka antara 4-6 bulan dengan curah hujan
1500-2000 mm / tahun yang paling cocok untuk pertumbuhan dan pembentukan
hasil (buah).
Kelembapan udara
- Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk
tanaman jambu mete adalah berkisar 70% – 80%. Namun, tanaman jambu mete
masih cukup toleran pada tingkat kelembapan udara antara 60% – 70%.
Persiapan Pembibitan
Persiapan pembibitan perlu
dilakukan adalah hasil dari perendaman bibit, media polybag diisi dengan
campuran tanah dan pupuk kandang 1:1, naungan pembibitan dan peralatan
penyiraman.
Tanah dan pupuk kandang yang digunakan adalah yang bebas hama penyakit seperti
tanah asal kolam, sungai, sawah atau tanah kebun bukaan baru, dan pupuk kandang
tua yang steril. Jangan menggunakan tanah bekas bibit tanaman yang lain atau
bibit jambu mete.
Sebab penyakit layu atau busuk
akar yang disebabkan jamur Fusarium sp. mematikan bibit di pesemaian dan
pertanaman muda di kebun. Oleh karena itu sebelum benih ditanam ke dalam tanah
atau polibag, sebaiknya tanahnya disemprot terlebih dahulu dengan fungisida
(Dithane M. 45).
Cara Pembibitan
Kegiatan pembibitan dilaksanakan
tergantung pemilihan model penanaman jambu mete di kebun. Penanaman jambu mete
dapat dilakukan dengan 3 cara yakni :
- Menanam benih langsung di kebun, cara ini
dikenal dengan istilah “tabela”. Benih hasil rendaman dimasukkan ke
dalam lubang tanam hasil penugalan dengan mata tunas (sutura) menghadap ke
bawah kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 0,50 – 1 cm.
- Benih dibibitkan dahulu dalam polibag
hitam, setelah bibit berumur 2,50 – 3 bulan kemudian ditanam di
kebun.
- Bibit dalam polibag umur 2,50 – 3 bulan
disambung pucuk (grafting) terlebih dahulu. Bibit grafting, yang tumbuh
baik berumur 10 -12 bulan setelah grafting ditanam.
Cara Pertama
Oleh petani dengan biaya
sendiri, karena cara ini : mudah, dibawa ke kebun tanpa biaya transportasi,
tanpa biaya pembibitan. Sambil menanam padi gogo atau palawija benih jambu
mete dimasukkan ke dalam lubang tugalan. Kemudian dibiarkan tumbuh,
mempertahankan bentuk penyianagn, dilakukan bersamaan dengan penyiangan
tanaman. Metode ini menunjukkan tanaman mete tumbuh lebih cepat dan
menghasilkan buah.
Pertumbuhan kanopi lebih lebar
dan lebih tinggi, produksi buah relatif lebih tinggi. Berproduksinyapun relatif
lebih lama umur tanaman. Ini mungkin akar bibit lebih cepat jatuh ke dalam
tanah, benih tidak mengalami stres/stagnasi di taman, seperti bibit baru
ditanam dalam polybag.
Cara Kedua
Banyak digunakan pada pengadaan
bibit proyek pemerintah. Karena mudah diawasi, kondisi fisik bibit sebelum
ditanam terukur, dalam bentuk bibit bersertifikat. Bedanya dengan cara no.1,
perlu tambahan biaya pembibitan sampai umur 2,5 – 3 bulan dan biaya transport
bibit.
Cara Ketiga
Penggunaan bibit grafting masih
terbatas sebagai bahan tanaman pada pembangunan. Kebun Induk. Karena pada saat
bibit berumur 2,5 – 3 bulan dilakukan penyambungan, tiga bulan kemudian dievaluasi
keberhasilan grafting, selanjutnya 4 – 6 bulan kemudian bibit diseleksi untuk
ditanam.
Proses pembibitannya paling
lama, dan paling mahal dibanding ke-2 cara lainnya. Kondisi akar sudah panjang,
banyak yang luka pada saat pemindahan dan pengangkutan ke kebun. Umur mulai
berbuah lebih dalam.
Di antaranya bibit yang baru
ditanam akan mengalami stres dalam beberapa saat. Pertumbuhan cabang lebih
aktif pada ruas entres, sehingga cepat rimbun membentuk setengah bola.
Penampilan mahkota pohon (kanopi) relatif lebih pendek dan cabangnyapun lebih
pendek.
Akibatnya produksinyapun relatif
lebih rendah dari kedua cara lainnya. Umur berproduksipun relatif lebih pendek.
Kelebihannya cara ke-3. dapat menghasilkan gelondong yang seragam.
Pengelolaan Lahan dan Penanaman
Setelah kawasan pengembangan
terpilih selanjutnya dilakukan pembukaan lahan. Persyaratan pembukaan lahan
Pengolahan lahan dilakukan setelah penebasan alang-alang dan atau penebangan
belukar. Lahan dibersihkan dan dibajak atau dicangkul bersih, diratakan.
Pembakaran belukar dalam
pembukaan lahan sangat dilarang dan dikenakan sanksi pidana. Selanjutnya
lakukan pengajiran dengan bentuk segitiga sama sisi model sarang lebah atau
bujur sangkar. Jarak tanam yang digunakan 10 x 10 x 10 m. Penggalian lubang tanaman.
diletakan pada setiap ajir.
Posisi ajir ditengah-tengah
lubang tanam. Buatlah lubang tanam dengan ukuran antara panjang dan lebar 40 –
60 cm dengan kedalaman 60 cm; yakni 40x40x60 cm; atau 50x50x60 cm atau 60x60x60
cm. Lubang tanam dibiarkan ter- buka selama 7 hari setelah penggalian lubang
tanam.
Lubang tanam diisi dengan
campuran tanah dan pupuk kandang yang telah lapuk dengan ukuran 1:1 atau 2:1 (2
bagian tanah dan 1 bagian pupuk kandang) sampai melebihi permukaan
tanah. Selanjutnya penanaman bibit jambu mete.
Pupuk Organik
Sumber-sumber bahan organik
tersedia dan mudah diperoleh di daerah sekitar adalah kompos atau pupuk
kandang. Pemakaian mulsa di sekeliling pohon mete juga dianjurkan namun harus
ditimbun tanah agar tidak mudah terbakar, terutama pada musim kemarau.
Pemakaian mulsa selain dapat menekan evapotranspirasi berlebih, juga hasil
pelapukannya menjadi sumber BO tanah.
Sumber lain adalah pupuk
kandang, yang pemanfaatannya dianggap belum optimal. Nusa Tenggara, yang
dikenal sebagai sentra produksi ternak penting Indonesia, merupakan sumberdaya
yang belum diberdayakan secara optimal.
Di Lombok Barat (NTB) misalnya,
sistem pengandangan ternak secara berkelompok telah bergulir dan berhasil
(BPTP, 2003). Pada malam hari sapi dikandangkan secara bersama, dan
kotoran yang terkumpul diolah menjadi pupuk kandang, dan mempunyai nilai jual.
Dengan demikian, pupuk organik
yang dihasilkan selain untuk kebutuhan sendiri juga dapat dijual, sehingga
mereka mendapat pendapatan tambahan. Manfaat pupuk organik bagi tanaman
terutama pada kemampuannya memperbaiki sifat-sifat fisik dan biologis tanah.
Karena jenis pupuk organik
umumnya mempunyai kandungan hara rendah, maka dalam penerapannya harus
dibarengi dengan penambahan pupuk kimia (inorganik), dimana jumlah dan jenisnya
disesuaikan menurut kebutuhan tanaman.
Pemangkasan
Dilakukan sejak tanaman berumur
1-2 tahun di lapangan, dengan ketinggian tanaman tanpa cabang setinggi 1,50 – 2
m di atas permukaan tanah. Pemangkasan bentuk dengan membuang cabang, sedangkan
pemangkasan pemeliharaan dengan membuang cabang dan ranting ekstensif, agar
cabang tidak menyentuh tanah dan cabang ekstensif tidak menghasilkan buah.
Cabang-cabang terbawah setinggi
60 -100 cm sebaiknya dipotong atau dipangkas untuk lebih memudahkan aktivitas
lapangan seperti pemupukan, sanitasi kebun, pemberantasan hama-penyakit, dan
pengumpulan hasil panen. Demikian pula, cabang atau ranting tidak produktif
yang tumbuh pada bagian dalam tajuk seperti tunas air dan cabang ekstensif
supaya dibuang.
Penyiangan dan Pemupukan
Penyiangan dilakukan sesuai
kebutuhan ditentukan oleh kondisi kotor tidaknya kebun. Penyiangan terbagi atas
penyiangan kebun dan piringan di sekitar pohon. Kebersihan di sekitar kebun
ditentukan keadaan jenis tanaman pengganggu, sehingga tidak perlu dilakukan
dean weeding, sedangkan piringan biasanya selalu bersih dari rerumputan.
Pada kondisi kebun bersih
selanjutnya dilakukan pemupukan. Pemupukan jambu mete disesuaikan dengan umur
tanaman (Tabel 10.). Disamping pupuk kandang 15 – 25 kg/lubang sebagai pupuk
dasar, diberikan pada awal sebelum tanam dan selanjutnya tiap 1-2 tahun sekali.
Pupuk NPK anorganik yang diberikan adalah Urea TSP atau SP-36 dan KCl dengan
dosis sesuai dengan umur tanaman sebagai berikut :
- Pemupukan NPK dengan dosis 1:1:2 diberikan 2
kali awal musim hujan dan akhir musim hujan.
- Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun,
yaitu pada saat awal dan akhir musim hujan.
- Pupuk diberikan melingkar mengelilingi pangkal
batang tanaman.
- Alasan : Pertumbuhan jambu mete relatif lambat
di masa muda dan cepat setelah berbuah.
Pada umur < 3 tahun :
- Pupuk diberikan 50% pada awal dan 50% pada
akhir musim penghujan, pada batas tajuk tanaman secara ditugal atau dengan
membuat parit dangkal (15 cm) sekeliling batas tajuk.
Pada umur > 3 tahun :
Pupuk diberikan 70% pada akhir
musim penghujan dan 30% diberikan dua bulan berikutnya. Pupuk secara ditugal di
dalam tanah atau sedalam 20 cm diberikan pada batas batas tajuk namun diberi
mulsa serasah/daun-daunan.
- Pupuk kandang, dan pemanfaatan serasah sangat
dianjurkan, oleh karena itu program pelatihan pembuatan kompos perlu
digalakkan
- Pestisida nabati, demikian pula pemanfaatan
pestisida dari bahan tanaman atau jazad renik banyak dimanfaatkan
- Pembentukan mahkota pohon, dilakukan sejak tanaman
masih muda dengan membuang cabang ektensif yang tidak menghasilkan buah
- Pemangkasan/penjarangan, membentuk pohon
terbuka dari berbagai naungan. Karena jambu mete bersifat berbunga
terminal, pembuahan terbentuk pada tunas- tunas yang terkena sinar matahari
- Pembuatan rorak, rorak berperan untuk
pembentukan kompos alami, hasil pengumpulan serasah daun, tempat pemupukan
dan penampung air hujan.
Penjarangan
Selama 2 – 3 tahun pertama
(tergantung jarak tanam) petani biasanya mengusahakan tanaman sela (padi gogo,
kacang, jagung dll.) di antara tanaman mete. Setelah periode tersebut, tajuk
tanaman mete mulai bersinggungan (overlap) dan tanaman sela tidak bisa ditanam
lagi karena intensitas cahaya matahari mulai berkurang. Dengan jarak tanam 6 x
6 m, lebar tajuk tanaman mete sudah lebih dari 6 m pada umur 6 – 7 tahun (Daras
dan Pitono, 2006).
Oleh sebab itu, tanaman mete
harus diperjarang (populasi dikurangi) secara bertahap agar produksi per pohon
tidak menurun. Hanya saja, teknologi penjarangan ini belum dapat diterima
petani sepenuhnya, karena mereka khawatir kehilangan hasil.
Tumpangsari dan Serangga Penyerbuk
Lahan di antara pohon jambu mete
disarankan ditanami dengan palawija seperti kacang tanah, kacang-kacangan
lainnya, mentimun, labu-labuan, padi gogo, jagung atau tanaman penutup tanah
dengan jarak 0,50 m dari pohon jambu mete harus bebas dari tanaman
lainnya. Jangan menanami ubi kayu dan tanaman rakus sejenisnya. Pemeliharan
piringan dilakukan sesuai kebutuhan.
Kehadiran serangga penyerbuk
secara signifikan mening- katkan pembuahan. Kehadiran serangga penyerbuk lebih
banyak pada pertanaman jambu mete di sekitar perkampungan dan pertanaman lain
yang berbunga. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan :
- Peternakan lebah (lebah madu)
- Penanaman tumpangsari dengan tanaman
kacang-kacangan, kacang tanah, kacang panjang, padi gogo, jagung, ubi
jalar, tanaman penutup tanah/pupuk hijau berbunga dll.
Hama dan Penyakit
Untuk jenis hama dan/penyakit
tanaman mete tertentu yang intensitas serangannya terjadi pada musim kemarau,
maka teknologi penanggulangan yang dihasilkan sebaiknya ke arah seminimal
mungkin menggunakan air, karena pada musim kemarau petanipun membutuhkan air
banyak untuk kehidupan. Pemberantasam hama dan penyakit tanaman disesuaikan
dengan hama dan penyakit yang ada di pertanaman.
Untuk penangulangan penyakit
dianjurkan menggunakan Bubur Bordaux, Dithane M. 45 dll, sedangkan untuk hama
dianjurkan menggunakan Decis atau pestisida nabati. Keadaan naunganpun perlu
diperhatikan sebab pada kondisi pohon yang ternaungi perlu dibuka dengan
memangkas pohon naungannya.
Panen
Jambu mete panen umumnya
dilakukan dengan memilih buah yang telah masak dipohon atau memungut buah yang
telah jatuh di tanah tetapi sudah matang. Memilih buah mete ini tidak bisa
dilakukan sekaligus karena buah mete tidak matang pada saat yang sama, picking
dapat dilakukan setiap 3-5 selama 2-3 bulan.
Tergantung dalam banyak
buah-buaha, yang memiliki kira-kira satu derajat kematangan yang optimal
ditandai dengan penampilan fisik semu seperti buah semu berwarna merah cerah
jingga atau kuning, daging buah jelas jika dipijat sudah terasa agak lembut,
dan buah telah berusia 60-70 hari.
Sumber :
perkebunan.litbang.pertanian.go.id
Dikutip dari : http://www.ruangtani.com/8-panduan-lengkap-cara-budidaya-jambu-monyet-mete-berekonomi-tinggi/ (diakses pada 14 Oktober 2016 pukul 15.53 WIB)
Avin Larasati (15/383544/PN/14375)